PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) akan melakukan revitalisasi dua pabrik gula milik mereka yang berlokasi di Jatiroto dan Asembagus, Jawa Timur. Revitalisasi kedua pabrik ini akan menggunakan dana penyertaan modal negara (PMN) 2015 yang diberikan oleh pemerintah sebesar Rp 65 miliar.
Direktur SDM dan Umum PTPN XI M Cholidi mengatakan, revitalisasi kedua pabrik ini baru bisa berjalan setelah dana yang dijanjikan oleh pemerintah masuk ke kas perseroan. Rencananya, peraturan presiden (perpres) terkait PMN untuk PTPN XI akan ditandatangani pada akhir Mei 2015.
"Setelah perpres keluar, kami segera melakukan tender untuk menentukan pelaksana proyek revitalisasi tersebut," ujar Cholidi kepada Republika, di Jakarta, Ahad (17/5).
Cholidi mengatakan, revitalisasi yang dilakukan yakni menambah kapasitas pabrik dan modernisasi mesin produksi. Kapasitas pabrik gula di Jatiroto akan ditingkatkan dari 7.000 ton cane per day (TCD) menjadi 10.000 TCD. Sedangkan, pabrik gula di Asembagus akan ditingkatkan dari 3.000 TCD menjadi 6.000 TCD. Sementara itu, mesin produksi yang diperbarui adalah mesin giling dan boiler.
Menurut Cholidi, program revitalisasi pabrik ini tidak bisa selesai dalam jangka waktu satu tahun. Hal ini, kata dia, dikarenakan untuk mengganti boiler dibutuhkan waktu selama 1,5 tahun.
Namun, Cholidi memastikan, ada beberapa komponen yang bisa diperbaiki dengan cepat dan dirasakan manfaatnya pada tahun ini seperti mesin processing. "Boiler dan mesin giling kemungkinan baru bisa dirasakan manfaatnya pada tahun depan," kata dia.
Cholidi menuturkan, dalam rencana jangka panjang, PTPN XI akan membangun pabrik yang saling terintegrasi untuk meningkatkan daya saing. Selain memproduksi gula kristal putih, pabrik gula di Jatiroto dan Asembagus akan dirancang untuk memproduksi etanol.
Produksi etanol dari kedua pabrik tersebut diharapkan dapat menghasilkan tenaga listrik masing-masing sebesar 20 megawatt (mw). Menurut Cholidi, penyediaan etanol merupakan langkah jangka panjang bagi kelangsungan energi terbarukan di Indonesia.
Selama ini, diakui Cholidi, etanol yang dihasilkan di dalam negeri belum dimanfaatkan secara optimal untuk pasar domestik. Sebaliknya, kata dia, produksi etanol Indonesia lebih banyak di ekspor ke sejumlah negara tetangga seperti Filipina dan Thailand.
"Kami harap ke depannya Pertamina mau membeli etanol dari kami sebagai bahan pembangkit energi," kata Cholidi.
Sebelumnya, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta pemerintah untuk meningkatkan rendemen (kadar gula dalam tebu) rata-rata sembilan persen melalui revitalisasi pabrik gula dengan mengganti mesin produksi.
Selama ini, kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTRI Soemitro Samadikoen, rendemen di Indonesia sangat rendah, kurang dari tujuh persen. Hal itu antara lain disebabkan adanya kebocoran dalam proses produksi akibat mesin yang sudah aus.
"Di Indonesia ada 63 pabrik gula terdiri atas 52 pabrik milik BUMN dan 11 milik swasta. Sebagian besar pabrik tidak efisien dalam proses produksi karena mesin pabrik banyak yang tidak berfungsi optimal," ujar Soemitro.
Sumber : http://www.republika.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar