PENERAPAN SISTEM CORE SAMPLING DI PABRIK GULA
Di
Pabrik Gula, khususnya yang sangat bergantung dengan TR dan TRM, penentuan
rendemen individu yang transparan dan akurat menjadi salah satu daya tarik
petani untuk membawa tebunya ke pabrik tersebut. Rendemen individu merupakan
pendekatan perkiraan kandungan gula yang dibawa oleh tebu dari setiap truk tebu
yang masuk ke pabrik gula. Dengan menggunakan dasar rendemen individu yang
dihasilkan maka dapat dilakukan penghitungan bagi hasil antara petani tebu dan
pabrik gula.Nilai dari rendemen individu sebagian besar dipengaruhi oleh
kualitas tebu dan sedikit dipengaruhi oleh efisiensi pabrik gula. Mengingat
setiap petani dapat mengirimkan tebu dengan kualitas yang berbeda-beda, maka
sangatlah penting untuk melakukan analisa tebu setiap truk sebelum bercampur
dengan tebu dari truk yang lain. Saat ini, pabrik gula – pabrik gula di
Indonesia mayoritas masih menerapkan sistem analisa rendemen individu dengan
dukungan alat Krepyak Mini. Krepyak Mini merupakan miniatur atau tiruan dari
susunan krepyak gilingan asli di pabrik dan akan berputar sesuai dengan
perputaran krepyak gilingan asli. Pada saat nira tebu dari truk keluar dari
gilingan pertama (Nira Perahan Pertama), maka alarm/bel/lampu pada krepyak mini
akan berfungsi memberikan sinyal. Sinyal tersebut langsung direspon dengan
pengambilan sampel Nira Perahan Pertama. Kelemahan cara ini adalah pada saat
diterapkan pada pabrik gula dengan jumlah meja tebu lebih dari satu,
maka nira yang dihasilkan oleh gilingan pertama dalam suatu waktu tidak berasal
dari 1 truk/kepemilikan saja, namun merupakan campuran tebu dari beberapa
truk/kepemilikan. Dampaknya, rendemen individu yang dihasilkan tidak
murni mencerminkan rendemen individu tebu per truk/kepemilikan, sehingga bisa
saja petani yang mengirim tebu baik dirugikan karena tebunya tercampur dengan
tebu lain yang bukan miliknya pada saat digiling.Selain penggunaan alat krepyak
mini, sebenarnya ada cara lain untuk penentuan sampling nira tebu dalam usaha
penentuan rendemen individu, yaitu dengan menggunakan alat core sampler
(sistem core sampling). Sistem core sampling sebenarnya bukan hal
yang baru dalam industri gula dunia. Sistem ini pertama kali digunakan sebagai
evaluasi kualitas tebu dan penghitungan bagi hasil petani di Lousiana pada
tahun 1978. Beberapa tahun kemudian setelah sistem ini terbukti berhasil, maka
negara-negara lainpun mulai menggunakan sistem ini untuk menggantikan sistem
pengambilan sampel yang lama. Selain mampu memberikan akurasi data yang tinggi,
sistem core sampling terbukti juga mampu menjadi dasar screening
kualitas tebu secara cepat bagi pabrik, sehingga kemungkinan untuk
menyeragamkan kualitas tebu yang akan digiling di pabrik dapat dilakukan.
Penerapan Sistem Core Sampling biasanya didukung oleh
beberapa sarana sebagai berikut :
- core sampler, dengan kemiringan pipa bor sekitar 45-60 busur. Komponen utamanya adalah pipa silinder dengan ujung bergerigi yang digunakan dalam proses pengambilan sampel tebu. terdapat dua tipe core sampler di dunia, yaitu tipe horisontal dan tipe vertikal.
- Pencacah sampel tebu berupa shedder (dengan PI atau Preparation Index > 90%
- Pemerah sampel berupa hydraulic press (dengan angka pemerah > 70%
- Minilab. Dilaboratorium ini disediakan sukromat dan atau alat NIR (Near Infra-Red) spektroskopi untuk analisa kadar pol, serta Brix refraktometer untuk analisa kadar Brix.Selain itu, laboratorium juga harus dilengkapi sarana pendukung seperti timbangan digital, alat gelas untuk preparasi sampel,dan lain sebagainya.
Gambar 1. Core sampler tipe vertikal
Adapun alur proses dalam penerapan Sistem Core Sampling adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Alur Proses Sistem Core Sampling (core sampler tipe horizontal) (sumber : www.gov.mu.htm)
Saat ini di Indonesia, baru tercatat ada 4 pabrik gula yang menerapkan sistem core sampling, 2 pabrik diantaranya baru dalam tahap uji coba dan pengumpulan database,
sedang 2 pabrik lainnya telah menjalankan sistem ini sebagai sarana
untuk penentuan rendemen individu petani. Masih sedikitnya pabrik gula
yang menerapkan sistem ini disebabkan karena salah satu kendala utama,
yaitu tingginya biaya investasi alat core sampler. Kemudian
apabila pabrik menghendaki analisa yang cepat, berarti diperlukan alat
analisa modern yang bekerja dengan prinsip NIR (Near Infra-Red) spektroskopi yang harganya relatif mahal juga.
Terlepas dari kendala diatas, penerapan Sistem Core Sampling
untuk mendukung penghitungan rendemen individu yang lebih akurat sudah
terbukti dapat menambah keharmonisan hubungan kemitraan antara petani
dan pabrik gula. Adanya transparansi proses pengambilan sampel per truk,
analisa di minilab dan kecepatan penghitungan rendemen individu dapat
meningkatkan kepercayaan petani pada pabrik gula. Selain itu, karena
sampel tebu per truk tidak tercampur, maka petani yang membawa tebu
dengan kualitas baik akan mendapatkan apresiasi rendemen individu yang
baik pula, dan sebaliknya petani yang membawa tebu dengan kualitas jelek
akan mendapatkan hasil penghitungan rendemen individu yang rendah. Hal
ini tentu saja dapat menjadi pemicu bagi petani untuk menyediakan tebu
dengan kualitas yang baik (layak giling).
»» Baca Selengkapnya (Readmore)..